Islam melarang seorang Muslim
untuk berpuasa pada 2 hari Raya, baik puasa pada hari raya Idul Fitri maupun
Idul Adha. Dan Islam juga melarang berpuasa pada hari Tasyrik, yaitu setelah
hari raya Idul Adha, pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Hadits tentang larangan
berpuasa pada 2 hari raya dan hari Tasyrik
Dari Nubaisyah Al-Hudzaily
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ
أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari-hari tasyriq adalah
hari makan dan minum. (HR. Muslim, hadits no. 1141).
Imam An-Nawawi rohimahullah
berkata di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
وَفِيهِ دَلِيلٌ لِمَنْ قَالَ لَا
يَصِحُّ صَوْمُهَا بِحَالٍ وَهُوَ أَظْهَرُ
Hadits ini adalah dalil bagi
mereka yang mengatakan bahwa puasanya tidak sah dalam hal apapun, dan itu lebih
nyata. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 8 halaman 17).
Imam Nuruddin Al-Qoori
rohimahullah menuqil pendapat Ibnul Malak sebagaimana disebutkan di dalam
kitabnya Mirqotul Mafaatih Syarah Miskaatul Mashoobih :
قَالَ ابْنُ الْمَلَكِ: اتَّفَقُوا
عَلَى حُرْمَةِ صَوْمِهَا، وَإِنَّمَا حُرِّمَ صَوْمُ يَوْمِ الْعِيدِ وَأَيَّامِ
التَّشْرِيقِ لِأَنَّ النَّاسَ أَضْيَافُ اللَّهِ فِيهَا
Ibnul Malak berkata : Para
ulama sepakat atas keharaman puasa pada hari Tasyrik. Diharamkan puasa pada
hari Raya dan hari Tasyrik, karena manusia adalah tamu Allah pada saat itu. (Mirqotul
Mafaatih Syarah Miskaatul Mashoobih, jilid 4 halaman 1418).
Imam As-Shon’ani
rohimahullah berkata di dalam kitabnya Subulus Salam Min Jam’i Adillatil Ahkaam
:
مَعْنَاهُ دَالٌّ عَلَى النَّهْيِ
عَنْ صَوْمِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ وَإِنَّمَا اُخْتُلِفَ هَلْ هُوَ نَهْيُ
تَحْرِيمٍ أَوْ تَنْزِيهٍ فَذَهَبَ إلَى أَنَّهُ لِلتَّحْرِيمِ مُطْلَقًا
جَمَاعَةٌ مِنْ السَّلَفِ وَغَيْرُهُمْ وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الشَّافِعِيُّ فِي
الْمَشْهُورِ
Artinya
Hadits ini menunjukkan larangan berpuasa di hari Tasyrik. Dan para ulama
berbeda pendapat apakah larangan ini larangan yang menunjukkan keharaman atau hanya
menunjukkan makruh. Maka para ulama berpendapat bahwa hadits ini menunjukkan
keharaman puasa di hari Tasyrik secara mutlaq, ini adalah pendapat kebanyakan
ulama salaf dan selain mereka dan ini juga pendapat Imam Syafi’i yang mashur. (Subulus
Salam Min Jam’i Adillatil Ahkaam, jilid 1 halaman 585).
Kesimpulan
:
1.
Haram hukumnya berpuasa pada hari Tasyrik secara Mutlaq, baik puasa sunnah
maupun puasa wajib, seperti puasa Qadha, Nazar dan lainnya.
2.
Hari-hari Tasyrik adalah 3 hari setelah Idul Adha, yaitu pada tanggal 11, 12
dan 13 Dzulhijjah.
3.
Disunnahkan memperbanyak dzikir berupa takbir pada hari-hari Tasyrik.
Imam
An-Nawawi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah
Shahih Muslim :
وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ ثَلَاثَةٌ
بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِتَشْرِيقِ النَّاسِ لُحُومَ
الْأَضَاحِي فِيهَا وَهُوَ تَقْدِيدُهَا وَنَشْرُهَا فِي الشَّمْسِ وَفِي
الْحَدِيثِ اسْتِحْبَابُ الْإِكْثَارِ مِنَ الذِّكْرِ فِي هَذِهِ الْأَيَّامِ مِنَ
التَّكْبِيرِ وَغَيْرِهِ
Hari-hari Tasyrik adalah 3 hari setelah Idul Adha. Hari
tasyriq disebut demikian karena pada hari itu kaum muslimin menyajikan daging kurbannya
dan menjemurnya di terik matahari. Dan hadits ini menganjurkan untuk
memperbanyak dzikir dengan bertakbir pada hari-hari Tasyrik. (Al-Minhaj Syarah
Shahih Muslim, jilid 8 halaman 17).
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi