Allah adalah pencipta alam
semesta, tidak ada satupun benda atau makhluk di alam semesta ini melainkan
diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan semua yang ada di alam semesta
ini berada di bawah kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagai pencipta, Allah
sangat sayang kepada makhluk ciptaanya terutama manusia, walaupun manusia
sering berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah, tapi Allah tetap sayang kepada
makhluk-Nya yang bernama manusia, dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya melebihi
kasih sayang siapapun yang ada di alam semesta ini, sekalipun kasih sayang ibu
kepada anaknya.
Dari Umar bin Khattab
rodhiyallahu ‘anhu berkata :
قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ، فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ
ثَدْيَهَا تَسْقِي، إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ،
فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ، فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ؟ قُلْنَا:
لاَ، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ، فَقَالَ: لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ
هَذِهِ بِوَلَدِهَا
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah
rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya. Tatkala dia
berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya
erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada kami : “Apakah menurut
kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami
menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah
bayinya terlempar ke dalamnya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
: “Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada
anaknya. (HR. Bukhari, hadist no. 5999).
Imam Ibnu Bathol
rohimahullah berkata di dalam kitabnya Syarah Shahih Al-Bukhari :
قال المؤلف: رحمة الولد الصغير
ومعانقته وتقبيله والرفق به من الأعمال التى يرضاها الله ويجازى عليها، الا ترى
قوله عليه السلام للأقرع بن حابس حين ذكر عند النبى أن له عشرة من الولد ماقبل
منهم أحدًا : (من لا يرحم لا يرحم) فدل أن تقبيل الولد الصغير وحمله والتحفى به
ممايستحق به رحمة الله
Pengarang berkata: Rahmat
seorang anak laki-laki, memeluknya, menciumnya dan bersikap baik padanya adalah
salah satu tindakan yang diridhoi oleh Allah dan diberi balasan karenanya. Tidakkah
kamu melihat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Aqra' bin Habis
ketika dia mengatakan kepada Nabi bahwa dia memiliki sepuluh anak dan dia tidak
menerima satu pun dari mereka, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : (Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak disayangi). Ini
menunjukkan bahwa mencium anak kecil dan menggendongnya dan memeluknya, maka
dia pantas mendapatkan rahmat Allah. (Syarah Shahih Al-Bukhari, jilid 9 halaman
211).
Berdasarkan perkataan ulama
di atas, bahwa kita harus menyayangi sesama makhluk, siapapun itu, sayang
kepada sesama manusia dengan tidak menyakitinya, sayang kepada hewan dengan
tidak menzolimi mereka dan sayang kepada tumbuh-tumbuhan dengan tidak
merusaknya. Ini semua bentuk sayang kepada sesama makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sekalipun manusia mendurhakai
Allah, jika dia bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, maka Allah
akan mengampuni dosa-dosanya. Dan yang perlu diketahui adalah bahwa rahmat
Allah mengalahkan murka-Nya.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَمَّا قَضَى اللهُ الْخَلْقَ،
كَتَبَ فِي كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ إِنَّ رَحْمَتِي
تَغْلِبُ غَضَبِي
Tatkala Allah menciptakan
makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya :
“Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Muslim, hadits
no. 2751).
Meskipun Allah sangat sayang
kepada hamba-Nya, tapi manusia tidak boleh berbuat sekehendaknya, berbuat
maksiat dan mendurhakai Allah dengan dalih bahwa Allah Maha Pengampun. Semua
ada aturannya, seorang manusia boleh saja berbuat apapun yang dia suka, namun
ingat, semua yang dia lakukan akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman :
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.
Al-Isra’ : 36).
Berbuat sesuka hati, bermaksiat
kepada Allah, akan tetapi Allah memberi perkara dunia yang dia inginkan, maka
ketahuilah bahwa dia sedang terkena istidraj (jebakan) dari Allah.
Ingatlah bahwa istidraj
adalah ujian baginya yang apabila dia tidak berubah ke jalan yang lurus, maka
dia akan merasakan sendiri akibat dari perbuatan buruknya tersebut dan pada
akhirnya menyesali semua perbuatannya, karena walaupun perbuatan yang dia
lakukan sekecil zarrah sekalipun, maka akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka hendaknya seorang muslim berhat-hati, boleh jadi dia terkena istidraj dari
Allah, akan tetapi dia tidak menyadarinya, maka dari itu sebelum terlambat
hendaklah bertobat kepada Allah dan mengakui segala kesalahan yang telah diperbuat
selama ini.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi