Ada beberapa gambaran yang
dilakukan oleh para ustadz zaman ini mengenai kapan terjadinya kiamat dan kapan
keluar tanda-tanda kiamat tertentu. Mereka melakukan ini seperti cocokologi
sebuah kejadian dengan kejadian lainnya. Padahal hal ini dilarang di dalam Islam
karena bisa jatuh kepada ramalan.
Baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah ditanya kapan terjadinya hari
kiamat, maka beliau tidak tau kapan terjadinya, dan beliau hanya menyebutkan
tanda-tanda kiamat tanpa menyebutkan kapan terjadi tanda-tanda kiamat tersebut.
Kenapa? Karena yang mengetahui kapan terjadinya hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dari Umar bin Khattab
rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ditanya oleh seorang lelaki yang putih bajunya, lelaki tersebut bertanya
tentang hari kiamat.
فأخبرني عن الساعة، قال: ما المسئول
عنها بأعلم من السائل قال فأخبرني عن أماراتها؟ قال: أن تلد الأمة ربتها وأن تر
الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان
Beritahukan kepadaku tentang
hari kiamat, (kapan terjadi?). Beliau bersabda : “Yang ditanya tidak lebih tau
dari yang bertanya“. Dia berkata : “Beritahukan kepadaku tentang
tanda-tandanya”, beliau menjawab : “Jika seorang hamba melahirkan tuannya
dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan
penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya. (HR.
Muslim, Arba’in An-Nawawi, hadist no. 2).
Jika perhatikan hadist di
atas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak tau kapan
terjadinya hari kiamat dan tidak berani mengkalkulasi tanda-tanda kiamat sehingga
memunculkan pertanyaan kapan kiamat akan terjadi. Beliau tidak diberi tau kapan
terjadinya hari Kiamat, maka dari itu beliau mengatakan hanya Allah saja yang Mengetahui.
Beliau juga pernah di datangi
oleh seorang seorang sahabat yang bertanya kapan terjadinya hari kiamat.
Dari Anas bin Malik
rodhiyallahu ‘anhu berkata :
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ
اللهِ، مَتَى السَّاعَةُ ؟ قَالَ: " وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟ "
قَالَ: لَا، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ، قَالَ: " فَإِنَّكَ
مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Bahwa ada seorang lelaki
datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata : “Wahai
Rasulullah, kapan Hari Kiamat tiba?” Beliau bertanya kembali kepadanya : “Apa
yang sudah kamu persiapkan untuk menghadapi hari Kiamat?” Lelaki tersebut
menjawab : “Aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata : “Sesungguhnya engkau akan bersama-sama orang yang
engkau cintai.” (HR. Ahmad, hadist no. 13371).
Nah, dalam hadist di atas ketika
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya kapan terjadinya hari kiamat,
beliau balik bertanya dengan mengatakan, apa yang sudah persiapkan? Ini
mengajarkan kepada kita untuk tidak sibuk mengurus kapan terjadinya kiamat.
Cukup perbanyak bekal untuk menghadapi hari Kiamat tersebut, tidak perlu sibuk
dengan mengkajinya sampai mengkalkulasi ataupun mencocokkan tanda-tandanya satu
persatu. Karena hal ini bisa jatuh kepada ramalan dan ramalan tentunya tidak
diperbolehkan di dalam Islam.
Dari Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu
‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ
النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ
Barangsiapa mengambil ilmu
perbintangan, maka dia berarti telah mengambil salah satu cabang sihir,
akan bertambah dan terus bertambah. (HR. Ibnu Majah, hadist no. 3726).
Untuk itu jika ada ustadz
yang melakukan perhitungan dengan ilmu nujum atau mencocokkan tanda-tanda
kiamat, maka bisa jatuh kepada ramalan dan percaya kepada ramalan hukumnya
haram di dalam Islam.
Ketahuilah bahwa Kiamat itu
termasuk perkara yang Ghaib, sedangkan yang mengatahui perkara Ghaib hanya Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman :
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ
يُبْعَثُونَ
Katakanlah: "Tidak ada
seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS.
An-Naml : 65).
Imam As-Samarqandy
rohimahullah mengomentari ayat di atas di dalam tafsirnya Bahrul ‘Ulum :
قُلْ يا محمد لكفار مكة لاَّ
يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ من الملائكة والناس الْغَيْبَ إِلَّا
اللَّهُ يعني: مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إلاَّ الله، رفع على معنى البدل، فكأنه
يقول: لا يعلم أحد الغيب إلا الله أي لا يعلم ذلك إلا الله
Katakanlah
wahai Muhammad kepada orang-orang kafir Makkah : Tidak ada yang mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi, baik itu Malaikat ataupun Manusia kecuali Allah
saja. Artinya : Tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya Kiamat. Memindahkan
makna. Seakan-akan Dia (Allah) mengatakan : “Tidak ada satu orangpun yang
mengetahui perkara yang Ghaib kecuali Allah, artinya tidak ada yang mengetahui
itu semua kecuali Allah saja.” (Bahrul ‘Ulum, jilid 2
halaman 590).
Para ustadz yang menggunakan
cocokologi terhadap tanda-tanda Kiamat sebenarnya menyalahi syari’at Islam,
karena sama saja menetapkan kapan terjadinya Kiamat atau kapan akan muncul
tanda-tanda berikutnya. Ini tidak lain hanya pendapat belaka dan tidak
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, sehingga mempercayai hal seperti ini tidak
ubahnya percaya kepada sebuah ramalan karena mempercayai sesuatu yang belum
pasti, maka hendaknya seorang muslim menjauhi dari percaya kepada cocokologi
seperti ini sebab menyalahi syari’at Islam.
Dari Abu Hurairah dan Hasan
rodhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ
عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى
مُحَمَّدٍ
Barangsiapa yang mendatangi
dukun atau tukang ramal, lalu dia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur
pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad. (HR. Ahmad, hadist no.
9536).
Agama itu bukan logika,
tidak semua bisa dilogikakan, apalagi perkara Ghiab yang hanya Allah yang tau.
Dari ‘Ali bin Abi Thalib
rodhiyallahu ‘anhu, bahwa dia berkata :
لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ
لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ
Seandainya agama ini dengan
logika, maka tentu bagian bawah sepatu lebih pantas untuk diusap daripada
atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengusap bagian atas sepatunya. (HR. Abu Daud, hadist no. 162).
Untuk itu kaum muslimin
hendaknya tidak mempercayai cocokologi dan semua hal yang berkaitan dengannya,
apalagi tentang hari Kiamat yang sifatnya Ghaib. Kita cukup mengimani tentang
adanya hari Kiamat dan mempersiapkan bekal untuk menghadapinya serta tidak menyibukkan
diri untuk mengkaji atau mencari tau kapan muncul tanda-tandanya dan kapan
terjadinya hari Kiamat, karena tidak ada seorangpun yang Mengetahui kecuali
Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi