Setiap orang itu menjadi
pahlawan dengan caranya sendiri, ada yang berjuang demi kemerdekaan melalui
peperangan, seorang ayah yang menafkahi keluarganya, sampai mendakwahkan Islam
kepada orang-orang kafir pun disebut pahlawan karena membantu menyebarkan
dakwah Islam, mereka semua disebut pahlawan tanpa tanda jasa, namun mereka
menjadi pahlawan dengan cara yang berbeda.
Salah satu sosok pahlawan
yang terlupakan di kalangan anak muda zaman sekarang adalah seorang da’i Islam
yang rela melepaskan kenikmatan dunia demi kenikmatan akhirat. Dialah Mus’ab
bin ‘Umair, seorang pemuda tampan yang gagah berani, dia menjadi pembicaraan
wanita-wanita di kampungnya, hidupnya penuh kenikmatan. Namun setelah mengenal
Islam, dia rela meninggalkan segala kenikmatan dunia yang dia nikmati dari
orang tuanya demi memperjuangkan Islam dan demi mendapatkan kebahagiaan
akhirat.
Sosok pahlawan yang satu ini
mungkin tidak banyak dikenal di kalangan anak muda di zaman modern ini, karna
namanya yang tidak begitu populer. Namun perannya untuk Islam bukanlah
kaleng-kaleng, beliaulah yang membantu perjuangan Islam melalui dakwah kepada
orang-orang kafir sehingga banyak yang masuk ke dalam Islam.
Peran Mus’ab bin ‘Umair Terhadap
Perkembangan Islam
Diceritakan di dalam kitab
Mausu’ah Mawaaqifis Salaf Fil ‘Aqidah wal Manhaj wat Tarbiyah :
“Suatu ketika, baginda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mus’ab bin ‘Umair untuk mendakwahkan
Islam di Madinah.”
سعد بن معاذ بن النعمان بن امرئ
القيس، أبو عمرو الأنصاري الأوسي الأشهلي البدري. أسلم على يد مصعب بن عمير. قال
ابن إسحاق: لما أسلم وقف على قومه، فقال: يا بني عبد الأشهل كيف تعلمون أمري فيكم؟
قالوا: سيدنا فضلا، وأيمننا نقيبة. قال: فإن كلامكم علي حرام، رجالكم ونساؤكم حتى
تؤمنوا بالله ورسوله. قال: فوالله ما بقي في دار بني عبد الأشهل رجل ولا امرأة إلا
وأسلموا
Sa’ad
bin Mu’adz bin Nu’man bin Imri’il Qois, Abu ‘Amr Al-Anshory Al-Ausy Al-Ashaly
Al-Badry. Beliau masuk Islam di tangan Mus’ab bin ‘Umair. Ibnu Ishaq berkata :
“Ketika Sa’ad bin Mu’adz masuk Islam, maka diapun memberitahukan kaumnya akan
keislamannya” dan dia berkata : “Wahai Bani Abdul Asyhal, apa yang kalian
ketahui tentang kedudukanku di sisi kalian?” Mereka menjawab : “Engkau adalah
pemuka kami yang paling utama.” Sa’ad bin Mu’adz berkata : “Sesungguhnya haram
bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai dia
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Dia melanjutkan : “Tidak ada satupun yang
tersisa di rumah Bani Abdul Asyhal, baik dari kalangan laki-laki dan perempuan
maupun perempuan, kecuali mereka semua sudah
masuk Islam.” (Mausu’ah Mawaaqifis Salaf Fil ‘Aqidah wal Manhaj wat Tarbiyah,
jilid 1 halaman 3-4).
MasyaAllah, begitu besar
peran Mus’ab bin ‘Umair dalam perkembangan Islam, meskipun masih tergolong
muda, namun dengan dakwah yang dia sampaikan kepada pemuka Bani Asyhal yang
pada akhirnya bukan hanya menarik pemuka Bani Asyhal tersebut untuk masuk
Islam, akan tetapi seluruh Bani Asyhal masuk ke dalam agama yang diridhoi oleh
Allah. Kecuali Ushairim, dia tidak ikut masuk ke dalam Islam.
Kegigihan Mus’ab bin ‘Umair
dalam Perang Uhud
Sahabat Mus’ab bin ‘Umair
rodhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang gagah berani, beliau adalah pemegang
bendera Islam pada perang Uhud. Keberaniannya dalam peperangan yang kemudian
membuatnya menjadi incaran kaum kafir Quraisy.
Tatkala Mus’ab bin ‘Umair
berada di pasukan kaum muslimin, maka datanglah Ibnu Qumaiah dan dia memotong
tangan kanan sahabat Mus’ab bin ‘Umair. Lalu Mus’ab bin ‘Umair meletakkan
bendera di tangan kirinya dan melanjutkan pertempuran hingga dia wafat pada
peperangan tersebut.
Kemudian Ibnul Wardi
rohimahullah melanjutkan kisah di atas :
فَأعْطى النَّبِي عليا رَضِي
اللَّهِ عَنهُ وَانْهَزَمَ الْمُشْركُونَ فطمعت الرُّمَاة فِي الْغَنِيمَة وفارقوا
مكانهم الَّذِي أَمرهم النَّبِي بِهِ فَأتى خَالِد مَعَ خيل الْمُشْركُونَ من خلف
Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan bendera tersebut kepada Ali bin
Abi Thalib dan orang-orang musyrikin berhasil dikalahkan dan kaum muslimin
berhasil mengambil ghanimah (harta rampasan perang), lalu pasukan kaum muslimin
pun terpecah belah di beberapa tempat bukan seperti yang diperintahkan Nabi,
maka Khalid bin Walid melihat celah itu dan datang bersama pasukan berkuda kaum
musyrikin dari belakang. (Tarikh Ibnul Wardi, jilid 1 halaman 113).
Meskipun
tangannya ditebas oleh orang-orang kafir dalam peperangan sekalipun, dia tetap
tegar dan berjuang demi menegakkan kalimat tauhid dan tidak gentar sedikitpun
dalam membela agama Allah. Kegigihan dan keberanian itulah yang kemudian
mengantarkannya sebagai seorang yang syahid di dalam peperangan.
Para
Sahabat Mengenang Mus’ab bin ‘Umair
Diriwayatkan
dari Sa’ad bin Ibrahim rodhiyallahu ‘anhu, dia berkata :
أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ
عَوْفٍ أَتَى بِطَعَامٍ وَكَانَ صَائِمًا، فَقَالَ: " قُتِلَ مُصْعَبُ بْنُ
عُمَيْرٍ، وَهُوَ خَيْرٌ مِنِّي، فَكُفِّنَ فِي بُرْدَةٍ إِنْ غُطِّيَ رَأْسُهُ،
بَدَتْ رِجْلاهُ، وَإِنْ غُطِّيَ رِجْلاهُ، بَدَا رَأْسُهُ
Bahwa Abdurrahman bin Auf dihidangkan
makanan ketika dia sedang berpuasa, dia berkata : Mush’ab bin Umair telah wafat
terbunuh, dan dia lebih baik dariku. Dia dikafani hanya dengan sehelai Burdah.
Jika kain ditarik ke kepalanya, maka kakinya terbuka, tapi jika kain ditarik ke
kakinya, maka kepalanya terbuka. (HR. Muhammad, Syarah As-Sunnah, jilid 14
halaman 279).
Imam Al-Baghowi rohimahullah
mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Syarah As-Sunnah :
هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ أَخْرَجَهُ
مُحَمَّدٌ، عَنِ ابْنِ مُقَاتِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ
Hadist ini shahih dikeluarkan
oleh Muhammad dari Ibnu Muqatil dari Abdullah Ibnul Mubarok. (Syarah As-Sunnah,
jilid 14 halaman 279).
Sosok Mus’ab bin ‘Umair
begitu diperhatikan oleh para sahabat Nabi, dia rela meninggalkan segala
kemewahan yang dia gunakan dahulu demi mempertahankankan Islam dan
memperjuangkan Islam bersama kaum muslimin serta mendakwahkan Islam ke pemuka
kaum kafir di Madinah.
Jika kita Tarik ke zaman
yang modern ini, maka seharusnya anak-anak muda sekarang harus berani mengambil
peran dalam memperjuangkan Islam. Para sahabat dulu telah mencontohkan berbagai
macam cara untuk menjadi seorang pahlawan, tidak selamanya seseorang disebut
pahlawan melalui peperangan saja, namun banyak cara yang bisa dilakukan untuk
menjadi seorang pahlawan.
Sekecil apapun yang
dilakukan, minimal berguna untuk agama ini, seperti berdakwah melalui tulisan
di media sosial ataupun berdakwah melalui media cetak dengan membuat
karya-karya ilmiah yang kemudian menjadi pengetahuan bagi orang yang membacanya.
Jika tidak bisa mengambil peran seperti para sahabat dulu, minimal seorang
muslim itu bisa mengambil pelajaran dari perjuangan yang dilakukan oleh para
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pelajaran yang bisa diambil
dari sosok Mus’ab bin ‘Umair :
1. Mus’ab bin ‘Umair rela
meninggalkan kenikmatan dunia demi mencapai kenikmatan di akhirat dengan
meninggalkan semua fasilitas mewah dari orang tuanya dan mempertahankan
keislamannya serta berjuang bersama kaum muslimin untuk menegakkan kalimat
tauhid (Laa Ilaaha Illallah).
2. Setiap orang menjadi
pahlawan dengan caranya tersendiri, seorang yang syahid memperjuangkan Islam
melalui peperangan, seorang guru menjadi pahlawan dengan memberikan ilmu kepada
murid-muridnya dan seorang ayah menjadi pahlawan dengan menafkahi keluarganya.
Semuanya disebut pahlawan, hanya saja caranya berbeda.
3. Mus’ab bin ‘Umair adalah
seorang Da’i (pendakwah) yang diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk mendakwahkan Islam kepada penduduk Madinah dan pada akhirnya
banyak yang masuk ke dalam agama Islam melalui lisannya. Beliau menyampaikan
dakwah bukan hanya dengan lisan, namun juga ditunjukkan dengan akhlak beliau
ketika berdakwah sehingga membuat orang-orang kafir tertarik dengan dakwahnya.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi