Ketika hati dilanda gundah
gulana, di saat itu pula seseorang membutuhkan nasehat agar dirinya kembali bergairah
dalam beraktifitas, khususnya beribadah kepada Allah. Karena fitrahnya manusia,
jika hatinya dilanda kegalauan, maka bisa menyebabkan tidak khusyu’ dalam
beribadah kepada sang pencipta.
Ibarat batre HP yang sudah
lowbat (lemah), maka untuk mengisi daya nya dengan cara di cas sampai full agar
tahan lama. Begitu pula layaknya hati seorang muslim, tatkala hati seorang
muslim itu lemah, maka juga harus di cas agar ada kekuatannya dengan cara
membaca ataupun mendengar nasehat para ulama. Dengan mendengar nasehat ulama,
insyaAllah hati akan menjadi baik seperti sediakala dan beribadah pun akan kembali
khusyu’, karena hati adalah raja di dalam jasad, jika hati baik, maka baik
jasad secara keseluruhan, akan tetapi jika hatinya buruk, maka buruk jasad
secara keseluruhan.
Dari Nu’man bin Basyir
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ
مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah bahwa di dalam
jasad itu ada segumpal daging. Jika dia baik, maka baik pula seluruh jasad.
Jika dia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa dia adalah hati.
(HR. Muslim, hadist no. 1599).
Imam An-Nawawi rohimahullah mengomentari
hadist di atas di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
وبهذا الحديث فإنه صلى الله عليه
وسلم جعل صلاح الجسد وفساده تابعا للقلب مع أن الدماغ من جملة الجسد فيكون صلاحه
وفساده تابعا للقلب
Berdasarkan
hadist ini, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan baik dan buruknya
jasad tergantung kepada hati, meskipun otak bagian dari jasad, namun baik dan
buruknya mengikuti hati. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 11
halaman 28).
Begitulah saking besarnya
peranan hati pada diri manusia, jika hati seseorang sudah rusak, maka rusaklah
jasad secara keseluruhan. Rusak pikirannya, rusak akhlaknya dan rusak apapun
yang dikerjakannya disebabkan telah rusak raja dari seluruh tubuhnya. Namun
jika hatinya baik, maka semua yang ada pada dirinya akan ikut menjadi baik, karena
rajanya dalam keadaan baik.
Maka tidak heran jika hati
seseorang sedang gundah gulana, baik karena harapan yang tidak kesampaian,
putus cinta atau disakiti oleh seseorang, maka hatinya menjadi tidak tenang dan
bingung apa yang harus dilakukan.
Saat-saat inilah seseorang
butuh nasehat para ulama untuk mengembalikan kebaikan hatinya seperti
sediakala.
Berikut Nasehat Imam
Al-Ashbahani di dalam kitabnya Hilyatul Auliya’ wa Thobaqootul Ashfiya’ :
إِذَا عَمِلْتَ ذَنْبًا فِي
السِّرِّ فَتُبْ إِلَى اللهِ فِي السِّرِّ , وَإِذَا عَمِلْتَ فِي الْعَلَانِيَةِ
فَتُبْ إِلَى اللهِ فِي الْعَلَانِيَةِ , وَلَا تَدَعْ ذَنْبًا يَرْكَبُ ذَنْبًا ,
وَأَكْثِرْ مِنَ الْبُكَاءِ مَا اسْتَطَعْتَ , وَالضَّحِكُ فَلَسْتَ مِنْهُ
بِسَبِيلٍ , فَإِنَّكَ لَمْ تُخْلَقْ عَبَثًا , وَصِلْ رَحِمَكَ وَقَرَابَتَكَ
وَجِيرَانَكَ وَإِخْوَانَكَ , ثُمَّ إِذَا رَحِمْتَ رَحِمْتَ مِسْكِينًا أَوْ
يَتِيمًا أَوْ ضَعِيفًا , وَإِذَا هَمَمْتَ بِصَدَقَةٍ أَوْ بِبِرٍّ أَوْ بِعَمَلٍ
صَالِحٍ فَعَجِّلْ مُضِيَّهُ مِنْ سَاعَتِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَحُولَ بَيْنَكَ
وَبَيْنَهُ الشَّيْطَانُ
Jika
engkau melakukan dosa di kala sepi, maka bertaubatlah juga kepada Allah di kala
sepi. Jika engkau melakukan dosa secara terang-terangan, maka bertaubatlah
kepada Allah secara terang-terangan. Dan janganlah engkau biarkan dosa
ditunggangi oleh dosa, serta perbanyaklah menangis dengan semampumu, tertawa
bukan jalannya, karena engkau tidak diciptakan secara sia-sia belaka. Dan
sambunglah silaturahim kepada orang yang kau sayangi, kerabat-kerabatmu,
tetangga-tetanggamu serta saudara-saudaramu. Kemudian apabila engkau
menyayangi, maka sayangilah orang-orang miskin, anak yatim dan orang-orang yang
lemah. Begitu juga apabila engkau berkeinginan untuk bersedekah, berbakti atau
mengerjakan amal sholeh, maka percepat waktunya sebelum setan datang kepadamu
dan dia untuk menghalanginya. (Hilyatul Auliya’ wa Thobaqootul Ashfiya’,
jilid 7 halaman 61).
MasyaAllah, betapa
berharganya nasehat para ulama dalam kehidupan seorang muslim dan begitu
berpengaruhnya kepada hati seseorang, sebab baik buruknya akhlak dan perbuatan seseorang
manusia tergantung hatinya. Maka siramilah selalu hati dengan nasehat-nasehat
indah para ulama agar selalu bangun dan khusyu’ dalam mengerjakan kebaikan
ataupun amal sholeh.
Di
samping itu, pergaulan juga bisa mempengaruhi baik buruknya hati seorang
manusia, karena ketika dia selalu berada di sisi orang-orang baik, maka sedikit
banyaknya dia akan melakukan kebaikan. Ketika dia berbuat kesalahan, maka
teman-temannya akan mengingatkannya, sehingga bisa mempengaruhi hati dalam
mempertimbangkan segala sesuatu. Begitu pula ketika dia bergaul dengan
orang-orang yang tidak baik, lama-lama bisa saja kecipratan perbuatan buruk
mereka.
Imam
Al-Qurtubhi rohimahullah menuqil perkataan Malik bin Dinar di dalam kitab
Tafsirnya Al-Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an :
وَصَاحِبْ خِيَارَ النَّاسِ تَنْجُ
مُسَلَّمَا، وَصَاحِبْ شِرَارَ النَّاسِ يَوْمًا فَتَنْدَمَا
Bergaulah dengan orang-orang
baik, niscaya engkau akan menjadi orang yang selamat, dan cobalah sehari saja
engkau bergaul dengan orang-orang yang buruk, niscaya engkau akan menyesal
selamanya. (Al-Jaami’ Li
Ahkaamil Qur’an, jilid 13 halaman 27).
Wahai jiwa-jiwa yang lalai
dari perintah Allah, bersihkan hati dengan memperbanyak istighfar dan dzikir serta
bergaullah dengan orang-orang yang sholeh. Charger dan Bangunkan hatimu dari
tidur panjangnya dengan mendengar nasehat-nasehat para ulama.
Wahai jiwa-jiwa yang
tertidur, hati itu ibarat kaca, sekalinya retak, sulit untuk memperbaikinya,
kecuali ditempel sedikit demi sedikit, pelan-pelan agar percikan kacanya bisa
utuh seperti sediakala. Jangan kotori hatimu dengan maksiat.
Apabila hatimu sedang
bersedih, galau, tidak tenang dan malas dalam melakukan amal kebaikan, intropeksi
dirimu, apakah niatmu sudah benar, apakah ibadahmu sudah benar, dan apakah hatimu
sudah kau siram dengan cahaya ilmu. Karena dengan ilmu seseorang bisa
mengetahui apa yang harus dia lakukan ketika dalam gundah gulana. Adukan segala
permasalahanmu kepada Allah dan pasrahkan segala urusamu itu hanya kepada-Nya.
Dengan begitu tiada lagi kata galau dan bersedih, sebab percaya bahwa semuanya akan
diberikan Allah jalan keluarnya. Yang penting harus sabar dalam menghadapi
masalah tersebut.
Imam Ibnu Taimiyah
rohimahullah menuqil pendapat ulama salaf sebagaimana disebutkan di dalam
kitabnya Al-Fatawa Al-Kubro :
قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: قُوَّةُ
الْمُؤْمِنِ فِي قَلْبِهِ، وَضَعْفُهُ فِي جِسْمِهِ، وَقُوَّةُ الْمُنَافِقِ فِي
جِسْمِهِ وَضَعْفُهُ فِي قَلْبِهِ
Sebagian ulama salaf berkata
: Kekuatan seorang mukmin itu terletak pada hatinya, dan kelemahannya terletak
pada badannya. Sedangkan kekuatan seorang munafik terletak pada badannya dan
kelemahannya terletak pada hatinya. (Al-Fatawa Al-Kubro, jilid 1 halaman 213).
Allahu Akbar, jangan sampai
hatimu seperti hati orang-orang munafik, di mana kelemahannya terletak pada
hatinya. Jika hatinya disakiti, maka semua yang baik akan dipandang buruk
olehnya. Tapi jadilah seperti hati seorang mukmin, ketika hatinya tersakitipun
dia tetap berlaku adil terhadap orang yang menyakitinya dan tidak menganggap
semua kebaikan orang lain tiada artinya.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi