Kehidupan berumah tangga tak selamanya berjalan dengan
mulus, karena dalam menjalaninya penuh dengan lika-liku kehidupan. Kadang senang
kadang juga susah, namun tak selamanya senang terus dan tak selamnya juga
selalu dalam keadaan susah. Semua silih berganti sebagaimana yang Allah
tetapkan bagi hamba-hamba-Nya.
Salah satu ujian di dalam rumah tangga yang mungkin dialami
oleh sebagian para istri adalah suami mereka mendengkur saat tidur, sehingga mengakibatkan
dia tidak bisa tidur. Kemudian membuat kesepakatan untuk tidur secara terpisah,
namun tetap harus memenuhi kebutuhan batin.
Perlu diketahui, bahwa tidur secara terpisah adalah keputusan
yang diambil terlalu cepat, karena masih banyak hal yang bisa dilakukan selain
itu. Seperti misalnya membawa suami untuk berobat ke dokter, bagaimana cara
menghilangkan dengkurannya ketika tidur dan apa tips-tips untuk
menghilangkannya. Inilah yang harus dilakukan oleh sang istri ketika menghadapi
suami yang mendengkur ketika tidur.
Setiap penyakit itu ada obatnya, tidak ada suatu penyakitpun
di dunia ini, niscaya telah Allah berikan obatnya, hanya saja terkadang manusia
belum menemukannya.
Dari Jabir rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ
اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Semua penyakit ada obatnya. Jika obat suatu penyakit cocok,
maka akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. (HR. Muslim, hadist no.
2204).
Untuk itu, mengambil keputusan tidak tidur sekamar adalah Tindakan
yang tergesa-gesa dilakukan oleh istri ataupun suami.
Memang, pada hakikatnya jika sudah sepakat dan sama-sama
ridho tidak sekamar saat tidur agar si istri bisa tidur, boleh-boleh saja,
karena sama-sama ridho. Namun yang harus diperhatikan adalah fitnah yang bisa
saja terjadi, karena dilihat oleh anak-anaknya.
Maka dari itu, yang harus dilakukan oleh suami istri
adalah :
1. Istri membawa suami berobat terlebih dahulu, karna
penyakit mendengkur ketika tidur bisa dihilangkan.
2. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan pisah
ranjang, walaupun hanya pisah ranjang untuk tidur, tapi ketika dilihat oleh
anak-anaknya akan menjadi fitnah dan menimbulkan prasangka yang bermacam-macam.
Sedangkan di dalam Islam diperintahkan untuk mencegah kemudorotan sebelum terjadi.
Sebuah qoidah ushul fiqh menyebutkan :
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
Menolak kemudorotan lebih didahulukan daripada mengambil
manfaat.
3. Meminta solusi kepada keluarga tentang masalah suami
yang tidur mendengkur serta meminta tips-tips dari dokter untuk menghilangkan
dengkuran saat tidur tersebut.
Allah berfirman :
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ
وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا
ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisa’ : 35).
Oleh karnanya jangan terburu-buru mengambil keputusan
pisah ranjang, walaupun hanya untuk tidur saja. Karena bisa saja berawal dari
pisah ranjang, bisa menjadikan hubungan dalam rumah tangga menjadi tidak
harmonis.
Mungkin di awal-awal tidak terasa, namun lama-kelamaan
bisa saja keduanya menjadi jenuh dan sebagainya. Sekali lagi solusinya bukan
langsung pisah ranjang, tapi konsultasi kepada dokter, karena dia yang lebih
tau tentang masalah ini. Adapun pisah ranjang dilakukan jika memang benar-benar
sudah berusaha dengan berobat, tapi tidak kunjung sehat. Dalam arti kata, pisah
ranjang adalah alternatif terakhir bagi suami istri.
Bagaimana mencegah mendengkur saat tidur
dalam Islam?
Yaitu dengan cara mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika hendak tidur. Apa-apa saja yang dilakukan oleh baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak tidur?
1. Berwudhu’ sebelum tidur seperti wudhu’ hendak melakukan
shalat.
Dari Al-Barro’ bin ‘Adzib rodhiyallahu ‘anhuma berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku :
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ، فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ، ثُمَّ
اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ، وَقُلْ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي
إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَهْبَةً
وَرَغْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ
بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ، فَإِنْ مُتَّ
مُتَّ عَلَى الفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ. فَقُلْتُ
أَسْتَذْكِرُهُنَّ: وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ. قَالَ: لاَ، «وَبِنَبِيِّكَ
الَّذِي أَرْسَلْتَ»
Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhu’lah seperti
wudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah menghadap ke sisi kananmu. Dan
berdo’alah dengan mengucapkan : “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku
menyerahkan urusanku kepadaMu, aku menghadapkan wajahku kepadaMu, aku
menyandarkan punggungku kepadaMu, karena senang (mendapatkan rahmatMu) dan
takut pada (siksaanMu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan
dan penyelamatan dari (ancaman) Mu, kecuali kepadaMu. Aku beriman pada kitab
yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) NabiMu yang telah Engkau utus.”
Apabila Engkau meninggal dunia (di waktu tidur), maka kamu akan meninggal dunia
dalam keadaan fitrah (beragama Islam). Dan jadikanlah itu akhir perkataanmu.
Saya berkata : Aku akan berdzikir dengan mengucapkan : “Wabirosulika Alladzi
Arsalta.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Bukan begitu.
“Wabinabiyyika Alladzi Arsalta.” (HR. Bukhari, hadist no. 6311).
2. Berbaring dengan menghadap ke kanan.
ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ
Kemudian berbaringlah menghadap ke sisi kananmu. (HR.
Bukhari, hadist no. 6311).
3. Membaca do’a :
اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ،
وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ
مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ،
وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
Allahumma aslamtu nafsii ilaik, wa fawwadh-tu amrii ilaik,
wa wajjahtu wajhiya ilaik, wa alja’tu zhohrii ilaik, rogh-batan wa rohbatan
ilaik, laa malja-a wa laa manjaa minka illa ilaik. Aamantu bikitaabikalladzi
anzalta wa bi nabiyyikalladzi arsalta.
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku
menyerahkan urusanku kepadaMu, aku menghadapkan wajahku kepadaMu, aku
menyandarkan punggungku kepadaMu, karena senang (mendapatkan rahmatMu) dan
takut pada (siksaanMu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan
dan penyelamatan dari (ancaman) Mu, kecuali kepadaMu. Aku beriman pada kitab
yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) NabiMu yang telah Engkau utus.”
(HR. Bukhari, hadist no. 6311).
Cobalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ini ketika hendak tidur, di samping obat yang diberikan dan dianjurkan oleh dokter.
Siapa tau, dengan melakukan apa yang dikerjakan oleh baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam seperti di atas, mendengkur ketika tidur pun menjadi hilang.
Bolak balikkan badan jika masih mendengkur, dan utamakan berbaring menghadap
sisi kanan, jika masih mendengkur juga, menghadap ke kiri, jika masih mendengkur
juga, makanlah sebagaimana yang diperintahkan oleh baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di dalam hadist beliau. Dengan berusaha dan berdo’a kepada
Allah, insyaAllah mendengkur ketika tidur bisa dihilangkan, serta bisa
seranjang bersama istri kembali ketika tidur.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi