Pertanyaan :
Assalamualaikum ust. saya mau
bertanya.. bagaimana cara mengikhlaskn sesuatu yang sudah menyakitkan hati kita
luka nya masih membekas kesakitan itu teruss teruss ada saja, hingga saat ini
berharap dari rasa kesakitan itu berharap ada balasan kebahagiaan tapi sampe
skrang masih belum ada balasan kebahagiaan dari sakit itu malah terus terus
terus merasakan sakit, pasti slalu ada saja, dan bagaimana cara kita agar
menerima semua keadaan yang kita alami sedangkan kita tak menginginkan keadaan
itu? Terimakasih ustadz.
Dari : Nenty
Dijawab oleh : Fastabikul Randa Ar-Riyawi حفظه الله تعالى melalui tanya jawab grup
Kajian Whatsapp
Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh.
Ada
sebuah statement yang harus selalu di ingat selalu oleh seorang muslim :
"Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah, maka dia pasti akan diuji
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Untuk
apa? untuk menguji keimanan dan kesabaran mereka. Serta untuk menguji, apakah
mereka tetap mensyukuri nikmat Allah, ataukah sebaliknya, malah kufur dan
berpaling dari nikmat Allah.
Allah
berfirman :
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا
وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al-Ankabut : 2).
Allah
melanjutkan firman-Nya :
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut : 3).
Kenapa
Allah menguji seorang hamba secara bertubi-tubi, apakah karena Allah tidak
sayang? Tentunya tidak, malah sebaliknya. Itu pertanda Allah sayang kepada
hamba-Nya tersebut. Karena jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan
menguji kaum tersebut.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
Jika
Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji. (HR. Ahmad, hadist no.
23633).
Syekh
Syu'aib Al-Arnaut rohimahullah mengomentari hadist ini dalam ta'liqnya di dalam
kitab Musnad Imam Ahmad :
إسناده جيد
Sanadnya
baik. (Musnad Imam Ahmad, jilid 39 halaman 41).
Maka dari
itu bersabarlah, karena ujian itu karena Allah cinta kepada hamba-Nya.
Ingatlah
janji Allah, bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan itu janji Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
Allah
berfirman :
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah : 5).
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah : 6).
Lalu,
bagaimana cara menerima yang semua yang menimpa diri?
Kuncinya
hanya satu, yaitu "yakin" akan janji Allah.
Yakin,
bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan. Yakin bahwa semua yang terjadi pasti
ada hikmahnya. Yakin bahwa Allah tak akan berbohong. Yakin bahwa Allah tak akan
pernah ingkar janji.
Yakin
bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong. Maka jika berkeluh kesah, sedih,
ditimpa musibah, yakinlah dan bersabarlah serta adukan semua sama Allah. Dengan
begitu, insyaAllah seorang muslim akan ridho dengan semua yang terjadi
kepadanya.
Yakin,
itu kuncinya. Kalo sudah yakin dan sabar, semua ujian insyaAllah akan terlewati
dengan mudah atas pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Semoga
bisa dipahami.
Wallahu
Ta'ala a'lam.