Banyak manusia di akhir zaman ini yang begitu sombongnya memamerkan keburukan dan kemaksiatan-kemasiatan yang dia lakukan, dia tidak segan-segan memaki apabila dia diingatkan oleh orang yang berilmu. Begitu juga dia tak segan-segan menghina ulama yang mengajak kepada kebaikan dan melarang dari yang mungkar. Dia dengan sombongnya merendahkan kedudukan pewaris para Nabi. Sombong dengan apa yang dia lakukan. Merasa terkenal lah, merasa hebatlah dan merasa dirinya aman dari siksa Allah. Padahal orang yang sombong akan dihinakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dunia dan akhirat.
Allah berfirman :
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى
الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِي
جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ
Dan
pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap
Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat
bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (QS. Az-Zumar : 60).
Na’udzubillah, Allah telah
menyediakan neraka bagi orang-orang yang sombong sebagai balasan atas amal
perbuatan yang dia lakukan sewaktu di dunia. Keruguian besarlah bagi
orang-orang yang sombong terhadap perbuatan buruk yang dia lakukan, dan ini
hendaknya dijauhi oleh kaum muslimin karena bisa mendatangkan murka dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Para ulama dengan tegas
memerintahkan untuk berlaku sombong juga kepada orang-orang yang sombong
terhadap kemaksiatan yang dia lakukan, karena jika tawadhu’ di hadapannya,
tidak akan menyadarkannya, malah akan semakin tenggelam dalam kesesatannya,
maka diperlukan membalas kesombongannya 2 kali lebih sombong darinya untuk
menyadarkan dirinya agar tidak sombong melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Muhammad Al-Khodimi Al-Hanafi
rohimahullah berkata di dalam kitabnya Bariqoh Mahmudiyah Fii Syarhi Thoriqoh
Muhammadiyyah :
التَّكَبُّرُ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ
صَدَقَةٌ؛ لِأَنَّهُ إذَا تَوَاضَعْت لَهُ تَمَادَى فِي ضَلَالِهِ وَإِذَا
تَكَبَّرْت عَلَيْهِ تَنَبَّهَ. وَمِنْ هُنَا
قَالَ الشَّافِعِيُّ تَكَبَّرْ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ مَرَّتَيْنِ وَقَالَ
الزُّهْرِيُّ التَّجَبُّرُ عَلَى أَبْنَاءِ الدُّنْيَا أَوْثَقُ عُرَى
الْإِسْلَامِ.
Sombong
kepada orang yang sombong adalah sedekah. Karena jika bersikap tawadhu’ di hadapannya,
maka dia akan semakin tenggelam dalam kesesatannya. Namun jika dibalas dengan
kesombongan, dia akan merasa diingatkan. Karena alasan inilah, Imam As-Syafi’i
mengatakan : Bersikaplah sombonglah 2 kali kepada orang yang sombong. Az-Zuhri
mengatakan : sombong di depan pecinta dunia, termasuk ikatan islam yang paling
kuat. (Bariqoh Mahmudiyah Fii Syarhi Thoriqoh Muhammadiyyah, jilid 2 halaman
186).
Beliau melanjutkan :
وَقِيلَ قَدْ يَكُونُ التَّكَبُّرُ
لِتَنْبِيهِ الْمُتَكَبِّرِ لَا لِرِفْعَةِ النَّفْسِ فَيَكُونُ مَحْمُودًا
كَالتَّكَبُّرِ عَلَى الْجُهَلَاءِ وَالْأَغْنِيَاءِ.
Ada
juga yang mengatakan, kadang-kadang sombong untuk mengingatkan orang yang sombong,
bukan untuk menyanjung dirinya, sehingga ini sombong yang terpuji, seperti sombong
di depan orang bodoh (sombong dengan kebodohanya) atau orang kaya (yang sombong
dengan kekayaannya). (Bariqoh Mahmudiyah Fii Syarhi Thoriqoh Muhammadiyyah,
jilid 2 halaman 186).
Nah, para ulama dengan tegas
memperbolehkan berlaku sombong kepada orang yang menyombongkan dirinya dalam
berbuat maksiat kepada Allah. Ketika dia dibalas dengan kesombongan, maka hal
itu terkadang bisa mengingatkannya.
Oleh karnanya, jika ada yang
mengatakan bahwa membalas kesombongan itu tidak diperbolehkan, maka hal itu
keliru, karena terkadang ada orang yang dinasehati berapa kalipun tidak mempan,
malah orang yang dinasehati itu disurutkan serta direndahkan di depan banyak
orang. Namun, ketika dibalas dengan kesombongan, maka dia baru merasakan
sesuatu bahwa diperlakukan sombong itu tidak enak, sehingga bisa menyadarkan
dirinya.
Membalas kesombongan apabila
ada orang yang menyombongkan diri bermaksiat kepada Allah. Jika tidak dalam
rangka itu, dan dinasehatipun diam au mendengarkan, maka tidak perlu dibalas.
Bagimana jika ada orang kaya yang sombong dengan kekayaan yang dia miliki?
Muhammad Al-Khodimi Al-Hanafi rohimahullah melanjutkan :
قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ:
التَّكَبُّرُ عَلَى مَنْ تَكَبَّرَ عَلَيْك بِمَالِهِ تَوَاضُعٌ
Yahya
bin Mu’adz berkata : Sombong kepada orang yang sombong karena hartanya di
hadapanmu adalah bentuk tawadhu’. (Bariqoh Mahmudiyah Fii Syarhi Thoriqoh
Muhammadiyyah, jilid 2 halaman 186).
Lihatlah, bahkan orang yang
sombong dengan hartanya pun boleh dibalas agar dia sadar bahwa harta yang dia
miliki hanya titipan Allah semata, dan bisa diambil oleh Allah kapanpun.
Siapapun dia, baik pejabat
yang paling tinggi, ulama, ustadz, orang kaya, orang yang berkedudukan tinggi,
siapapun itu, tidak boleh menyombongkan dirinya karena sifat sombong dibenci
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman :
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ
Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman : 18).
Jauhilah sifat sombong,
karena orang-orang yang sombong akan binasa dengan kesombongannya. Apa yang
disombongkan? Popularitas? Jabatan? Atau Hartakah? Semua itu tidak akan bisa
menolong seseorang di hadapan Allah. Hanya amal perbuatannya lah yang bisa menolong
kelak. Popularitas, Jabatan dan Harta akan binasa, hanya amal perbuatan yang
tetap ada padanya. Jika dia sombong karena 3 perkara di atas, maka dia keliru,
karena sekuat apapun kekuasaannya di dunia ini akan binasa, karena kekuasaan
Allah lah yang paling besar.
Semoga kita semua terhindar
dari sifat sombong dan berusaha menjauhi sifat sombong, karena sifat sombong
dibenci oleh Allah dan kelak bisa memasukkan seseorang ke dalam neraka jika dia
tidak segera bertobat kepada Allah.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi