Banyak di antara orang-orang kafir yang berbuat baik kepada sesama manusia, seperti misalnya membantu orang lain, baik berupa uang maupun berupa barang atau lainnya. Perbuatan seperti ini bagus, namun sayang seribu sayang, perbuatan baik yang mereka kerjakan seperti fatamorgana belaka, di mana mereka tidak mendapatkan apa-apa dari yang mereka kerjakan tersebut. Memang di antara mereka mungkin banyak yang berbuat baik, membantu korban bencana alam, memberi makan orang-orang miskin ataupun berbuat baik dengan cara lainnya, namun semua itu tiada berguna di sisi Allah dan mereka tidak diberi pahala sama sekali oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala.
Allah berfirman :
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟
أَعْمَٰلُهُمْ كَسَرَابٍۭ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ ٱلظَّمْـَٔانُ مَآءً حَتَّىٰٓ
إِذَا جَآءَهُۥ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَوَجَدَ ٱللَّهَ عِندَهُۥ فَوَفَّىٰهُ
حِسَابَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
Dan
orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya
air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan)
Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan
cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. An-Nur : 39).
Ya Allah, betapa sia-sianya
amal yang dilakukan orang-orang kafir sewaktu di dunia, capek-capek berbuat
baik, ternyata tidak bernilai pahala sama sekali di hadapan Allah. Sungguh
menyakitkan sekali dan menyayat hati.
Allah Maha Adil kepada
setiap ciptaan-Nya. Memang perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh
orang-orang kafir tidak Allah berikan pahala dan tidak dibalas di akhirat. Akan
tetapi Allah langsung membalas amalan mereka sewaktu di dunia, dan di akhirat
mereka tidak mendapatkan apa-apa karena sudah dibalas sewaktu di dunia.
Dari Anas bin Malik
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ لَا يَظْلِمُ مُؤْمِنًا
حَسَنَةً، يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فِي الْآخِرَةِ، وَأَمَّا
الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا،
حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ، لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا
Sesungguhnya
Allah tidak mendzolimi seorang mukmin atas amalan kebaikan yang dia lakukan, dan
Allah membalas kebaikannya di dunia dan di akhirat. Adapun orang kafir Allah
memberinya makanan (rizki) di dunia sebagai balasan atas kebaikannya, akan
tetapi ketika seorang di akhirat nanti, maka kebaikannya tidak ada nilainya
lagi dan dia tidak mendapatkan balasan apa-apa. (HR. Muslim, hadist no. 2808).
Imam An-Nawawi rohimahullah
mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Al-minhaj Syarah Shahih Muslim :
أجمع العلماء على أن الكافر الذي
مات على كفره لا ثواب له في الآخرة ولا يجازى فيها بشيء من عمله في الدنيا
Para
ulama telah sepakat bahwa orang kafir, setelah dia meninggal dunia dalam
kekafirannya, dia tidak mendapatkan pahala di akhirat dan tidak mendapatkan
balasan atas amalan kebaikan yang dia lakukan di dunia. (Al-minhaj Syarah
Shahih Muslim, jilid 17 halaman 149).
Betapa sedihnya orang-orang
kafir di akhirat kelak, dia sudah bersusah payah berbuat baik sewaktu di dunia,
ternyata di akhirat dia tidak mendapatkan apa-apa dari amalan yang dia kerjakan
sewaktu di dunia. Kenapa? Karena dia tidak beriman kepada Allah. Sebanyak
apapun amalan manusia, tapi jika tidak mengucapkan “Asyhadu an laa ilaaha illallah,
wa Asyhadu anna Muhammdan Rosulullah”. Itulah kenapa dia tidak mendapat balasan
apa-apa di akhirat, namun Allah sudah membalasnya sewaktu di dunia.
Maka dari itu jangan heran apabila
melihat banyak orang-orang kafir di dunia hartanya melimpah ruah dan ekonomi
mereka berkecukupan, sebab ketika mereka berbuat baik langsung dibalas oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia juga. Berbeda halnya apabila seorang muslim
berbuat kebaikan, maka tidak langsung dibalas oleh Allah di dunia, tapi Allah
akan membalasnya di akhirat kelak dengan balasan yang lebih tinggi daripada yang
didapatkan orang-orang kafir di dunia. Orang kafir merasakan kenikmatan di
dunia hanya sementara saja, namun kenikmatan yang didapat oleh kaum muslimin di
akhirat bersifat kekal. Jadi, mana yang lebih baik, kenikmatan kekal dan atau
kenikmatan sementara? Tentunya lebih baik kenikmatan yang bersifat kekal, oleh
karnanya Allah siapkan balasan tersebut untuk kaum muslimin di akhirat dan
Allah uji terlebih dahulu sewaktu di dunia.
Allah berfirman :
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ
أُمَمًا ۖ مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَٰلِكَ ۖ وَبَلَوْنَاهُمْ
بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan
Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada
orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba
mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar
mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. Al-A’raf : 168).
Setelah mengetahui ini,
apakah masih mengeluh makan pas-pasan? Ekonomi belum mapan? Sulit nyari kerja? Ataupun
berbagai keluhan lainnya? Jangan pernah iri kepada ekonomi ataupun kekayaan
yang dimiliki oleh orang-orang kafir, sebab tiada gunanya iri kepada sesuatu
yang bersifat sementara. Nikmati saja dunia ini dengan santai, waktunya bekerja,
ya bekerja, waktunya ibadah itu kerjakan ibadah. Jangan terlalu sibuk mencari
dunia, karena jika sibuk mencari dunia lantas lupa beribadah, maka dia akan
menjadi orang yang merugi di akhirat dikarenakan dunia ini hanya tempat
persinggahan sementara. Allah menguji kaum muslimin karena Allah menginginkan hamba-hamba-Nya
kembali kepada jalan yang benar, yaitu jalan yang diridhoi Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Beribadahlah sebanyak
mungkin, bersyukurlah kepada Allah walau dalam keadaan apapun. Karena setiap
hari Allah memberikan banyak nikmat yang tak terhitung jumlahnya kepada kita
semua. Dari bangun tidur, sampai tidur lagi, tidak tehitung banyaknya nikmat
yang Allah berikan kepada kita semua. Andai kita menghitung nikmat Allah, maka
tidak akan pernah bisa menghitungnya.
Allah berfirman :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ
لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. An-Nahl : 18).
Oleh sebab itu jangan sekali-kali
merasa iri dengan kekayaan orang-orang kafir, harta melimpah, mobil mewah,
rumah ibarat istana, perusahaan di mana-mana dan lain sebagainya. Tidak usah
heran dan iri kepada orang-orang kafir. Karena itu sudah Allah setting dan
Allah beri balasan langsung atas amalan mereka sewaktu di dunia dan Allah beri
kesenangan kepada mereka, tapi mereka akan menjadi orang-orang yang merugi di
akhirat. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi