Imam Al-Ghozali rohimahullah menuqil perkataan Imam Kholil bin Ahmad rohimahullah sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin :
وقال الخليل بن أحمد الرجال أربعة رجل
يدري ويدري أنه يدري فذلك عالم فاتبعوه ورجل يدري ولا يدري أنه يدري فذلك نائم
فأيقظوه ورجل لا يدري ويدري أنه لا يدري فذلك مسترشد فأرشدوه ورجل لا يدري ولا
يدري أنه لا يدري فذلك جاهل فارفضوه
Kholil bin Ahmad berkata,
ada 4 macam manusia di dunia ini :
1. Seseorang yang mengetahui,
dan dia tau kalau dia mengetahui, dia adalah orang yang berilmu, maka ikutilah
dia.
2. Seseorang yang
mengetahui, tapi dia tidak tau bahwa dia mengetahui, dia adalah orang yang
tidur, maka bangunkan dia.
3. Seseorang yang tidak
mengetahui, dan dia tau kalau tidak mengetahui, dia adalah orang yang mencari
petunjuk, maka bimbinglah dia.
4. Seseorang yang tidak
mengetahui, tapi dia tidak tau kalau dia tidak mengetahui, dia adalah orang bodoh,
maka tolaklah dia. (Ihya’ Ulumuddin, jilid 1 halaman 59).
4 golongan manusia yang
disebutkan di atas terjadi di kehidupan sehari-hari.
Golongan pertama adalah
orang yang terbaik, sebab dia adalah orang yang berilmu, dia tau bahwa dengan
ilmu yang dia miliki dia wajib mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang
lain. Maka orang seperti ini harus diikuti dan dijadikan guru dalam menuntut
ilmu.
Golongan kedua adalah masih
tergolong orang yang baik, namun dia lalai. Dia tidak sadar kalau dia
mengetahui. Orang seperti ini diibaratkan orang yang sedang tidur, maka orang
seperti ini harus dibangunkan (disadarkan) bahwa dia mengetahui (berilmu). Agar
dia mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada banyak orang serta berguna
bagi orang banyak.
Golongan ketiga juga masih
tergolong orang yang baik, sebab dia sadar bahwa dia tidak mengetahui, dia sadar
bahwa dia tidak berilmu, dengan kesadarannya itu dia terus melakukan perbaikan,
dia terus belajar ilmu agama, maka orang seperti ini harus diberi bimbingan
dalam ilmu agama.
Golongan ke empat adalah
golongan orang yang buruk. Karena golongan ke empat ini biasanya selalu sok
tau, selalu merasa berilmu dan merasa mengerti agama, padahal dia tidak
mengerti agama. Orang seperti ini jika berbicara tentang agama harus ditolak
karena bisa menyesatkan banyak orang.
Oleh karnanya seorang muslim
mesti sadar bahwa ketika dia berilmu, tidak berhenti di situ saja, dia harus
mengamalkan ilmunya dan mengajari ilmu tersebut kepada manusia agar bermanfaat
bagi banyak orang.
Dari Abu Barzah Al-Aslamy
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ
القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ
فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ
جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ.
Tidaklah bergeser kedua kaki
seorang hamba pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang 4
perkara :
1. Tentang umurnya
dihabiskan untuk apa.
2. Tentang ilmunya digunakan
untuk apa, diamalkan atau tidak.
3. Tentang hartanya, dari
mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan.
4. Tentang tubuhnya, lelahnya
untuk apa. (HR. At-Tirmidzi, hadist no. 2417).
Imam At-Tirmidzi
rohimahullah mengomentari hadist di atas di dalam kitabnya Sunan At-Tirmidzi :
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Hadist
ini Hasan Shahih. (Sunan At-Tirmidzi, jilid 4 halaman 190).
Jadilah orang yang berilmu
dan mengetahui bahwa dia berilmu, sehingga dia mengamalkan ilmunya serta
mengajarkan ilmu yang dia punya kepada manusia. Sadar bahwa tugas orang yang
berilmu itu bukan hanya memendam ilmu yang dia miliki kemudian menjadi sholeh
sendiri. Akan tetapi tugasnya adalah mengajari manusia dengan ilmu yang dia
punya serta memperbaiki kesalahan-kesalahan manusia, sehingga manusia kembali ke
jalan yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah golongan manusia yang
terbaik sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Kholil bin Ahmad di atas, dan
semoga orang-orang yang berilmu sadar kalau dia berilmu, kemudian dia mengamalkannya
serta mengajarkannya kepada manusia dan tidak lupa memperbaiki kesalahan-kesalahan
manusia, sehingga manusia tersebut Kembali ke jalan yang benar.
Allah berfirman :
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ
الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
Dan
Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang
penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan. (QS. Hud : 117).
Untuk itu, perlunya orang
yang muslih, tidak cukup hanya sekedar ‘alim (berilmu) dan sholeh, akan tetapi
perlu melakukan perbaikan kepada kesalahan-kesalahan manusia dengan cara mencegah
kemungkaran yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi