Kadang-kadang masih ada di antara kaum muslimin yang mencaci maki dengan perkataan : “waduh, sial banget hari ini, ataupun dengan perkataan : “setiap hari Sabtu selalu kalah, hari sial ni hari Sabtu, gak cocok untuk kita, ganti hari lain ajalah.
Mencaci maki seperti ini
haram hukumnya di dalam Islam karena sama saja mencaci maki Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Loh kok sama dengan mencaci maki Allah? Karena Allah lah yang
menciptakan dan mengatur waktu dan yang membolak-balikkan waktu setiap saatnya.
Jika waktu dicaci, maka sama saja mencaci pencipta sekaligus pengaturnya, dan
ini haram hukumnya dan tidak seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin.
Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman di dalam hadist qudsi :
يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَقُولُ:
يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَلَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ
فَإِنِّي أَنَا الدَّهْرُ، أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ، فَإِذَا شِئْتُ
قَبَضْتُهُمَا
Aku
disakiti oleh anak Adam. Dia mengatakan : Ya Khoibatad dahri (wahai waktu yang sial) Janganlah
seseorang di antara kalian mengatakan Ya Khoibatad dahri (wahai waktu yang
sial), karena Aku adalah pengatur waktu. Aku-lah yang membolak-balikkan malam
dan siang. Jika menghendaki, maka Aku akan menggenggam keduanya. (HR. Muslim,
hadist no. 2246).
Dalam riwayat lain
disebutkan Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ
الدَّهْرَ:، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الأَمْرُ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ
Anak
Adam menyakiti Aku, dia mencaci maki masa (waktu), padahal Akulah pengatur waktu,
Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti. (HR. Bukhari,
hadist no. 7491).
Ada juga sebagian kaum
muslimin yang menganggap hari atau bulan tertentu dengan kesialan, mereka
menganggap jika dilakukan perbuatan apapun di bulan itu, maka akan terjadi
musibah kepada mereka, maka hal ini juga haram hukumnya dan di dalam Islam
disebut tathayyur.
Apa itu Tathayyur? Tathayyur
adalah beranggapan bahwa sesuatu itu bisa membawa kesialan.
Contoh :
1. Mempercayai bahwa jika
mengadakan pernikahan di bulan Muharram bisa mendatangkan musibah.
2. Menganggap orang yang
berada di rumahnya pembawa sial.
3. Menganggap anaknya sakit
karena nama anaknya yang terlalu berat dipake oleh anaknya.
4. Menganggap bahwa menabrak
kucing bisa membawa kesialan.
5. Meyakini bahwa motor baru
harus disiram darah (harus menyembelih ayam atau hewan apapun) untuk menuangkan
darahnya ke motor baru tersebut, jika tidak, maka dia akan tabrakan atau
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Dan berbagai macam keyakinan
lainnya yang bertentangan dengan syari’at Islam. Itu semuanya hukumnya haram
dan tentunya seorang muslim tidak boleh mempercayainya.
Meyakini seperti ini
dinamakan Tathayyur atau Thiyaroh, dan Thiyaroh termasuk kesyirikan karena
percaya kepada makhluk Allah bisa mendatangkan manfaat dan mudorot.
Dari Abdullah bin Mas’ud
rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ
شِرْكٌ، ثَلَاثًا، وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ
بِالتَّوَكُّلِ
Beranggapan
sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan. Beliau menyebutnya
sampai tiga kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata : “Tidak ada yang bisa
menghilangkan anggapan kesialan dalam hatinya. Akan tetapi Allah-lah yang
menghilangkan anggapan kesialan tersebut dengan tawakkal.” (HR. Abu Dawud,
hadist no. 3910).
Kenapa disebut syirik? Karena
dia mempercayai makhluk Allah bisa mendatangkan manfaat. Padahal tidak ada satu
makhluk Allah pun yang bisa mendatangkan manfaat dan mudorot kecuali Allah
saja.
Allah berfirman :
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي
نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ
الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا
إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah
: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang
ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf : 188).
Oleh karnanya seorang muslim
hendaklah berhati-hati dalam melakukan sesuatu, jangan sampai melakukan sesuatu
padahal sesuatu yang dia lakukan itu termasuk kesyirikan di dalam Islam
disebabkan dia tidak mau belajar ilmu agama. Belajarlah ilmu agama agar bisa
membedakan mana yang haq dan mana yang batil, serta terhindar dari sesuatu yang
dilarang di dalam Islam.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi