Kita
semua sepakat bahwa meminta dan percaya kepada selain Allah adalah termasuk
perbuatan syirik yang bisa mengantarkan seseorang kedalam neraka, jika dia
tidak bertobat kepada Allah dan meninggal dalam rangka berbuat syirik kepada
Allah.
Allah
berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS.
An-Nisa’ : 48).
Jenis-jenis syirik banyak
macamnya, seperti :
1. Menyekutukan Allah dengan
pergi ke dukun
2. Percaya kepada tukang
ramal
3. Tathoyyur. Contohnya dia
menganggap manusia, hari dan apapun bisa membawa sial kepada dirinya, dan dia
bisa tertimpa musibah. Perbuatan ini termasuk syirik karena percaya bahwa
makhluk Allah bisa mendatangkan manfaat dan mudorot, sedangkan yang bisa
mendatangkan manfaat dan mudorot hanya Allah saja.
Allah berfirman :
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي
نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ
لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ
نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah
: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang
ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudhorotan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Araf : 188).
4. Meramal sendiri dengan
ilmu perbintangan
5. Percaya kepada permainan
ramalan yang meramal karakter seseorang, jodoh, bahagia dan sedih.
Zaman memang telah berubah
dan serba canggih, namun tradisi-tradisi jahiliyah yang dilakukan oleh
orang-orang sebelum mengenal diperbaharui dan dibalut dengan bungkus yang
cantik, sehingga yang kelihatannya tidak ada keyakinan apapun, rupanya
mengandung unsur syirik yang bisa mengantarkan pelakunya masuk ke jurang neraka,
dan ini haruslah dihindari oleh seorang muslim.
Dulu, orang-orang jahiliyah
meyakini bahwa jika burung melakukan pergerakan ke kanan, maka perjalanannya
akan baik. Akan tetapi jika burung tersebut melakukan pergerakan ke kanan, maka
perjalanannya akan buruk dan mendapat musibah, sehingga mereka tidak jadi
melakukan perjalanan. Begitu juga orang sekarang yang masih percaya kepada
sesuatu yang bisa mendatangkan mudorot seperti misalnya kupu-kupu masuk ke
rumah pertanda ada tamu dan segala macam, begitu juga jika kupu-kupunya mati,
maka pertanda musibah datang dan segala macam. Begitu juga mengubur ari-ari bayi
dengan mengambil rambut ayah dan ibunya serta menyelipkan kertas berisi nama
ayah dan ibunya, maka perbuatan semacam ini hukumnya haram dan termasuk kesyirikan
yang nyata. Perbuatan semacam ini harus ditinggalkan oleh seorang muslim karena
bisa menyebabkan dia bisa keluar dari Islam.
Jika seorang muslim yang
melakukan perbuatan syirik seperti di atas tidak bertobat kepada Allah sampai
mati, maka dia akan masuk kedalam neraka yang sangat panas. Na’udzubillah
tsumma na’udzubillah.
Ingatlah, bahwa jika seorang
muslim melakukan perbuatan syirik, maka amalan-amalannya bisa habis disebabkan
perbuatan syirik yang dia lakukan tersebut.
Allah berfirman :
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ
عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan. (QS. Al-An’am : 88).
Sangat rugilah orang-orang
yang berbuat syirik karena amalan-amalan baik yang dulu mereka kerjakan lenyap
seketika dikarenakan perbuatannya yang menyekutukan Allah dengan makhluk
ciptaan Allah. Andai saja pelaku syirik itu tau dosa dan dampaknya kepada
mereka dan amalan mereka, pastilah mereka berjanji dan tidak akan lagi mau
melakukan perbuatan syirik tersebut dan akan memperbaiki amalannya serta
memperbanyak beramal kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi