Rasa cinta adalah fitrah
seorang manusia yang tidak bisa kita pungkiri. Ketika seseorang merasakan
cinta, maka semua akan tampak indah di matanya. Walau sekalipun pada dasarnya
yang dia lihat itu jelek sekalipun, maka dia akan tetap melihatnya indah ketika
sudah merasakan cinta. Sebuah ungkapan menyebutkan : “Jika seseorang sudah
mengenal cinta, maka dia akan menjadi penyair.”
Penyair dalam arti kata
mudah untuk merangkai kata-kata menggambarkan perasaannya yang berkaitan dengan
cinta. Dan itu benar-benr terjadi di lingkungan masyarakat.
Wanita ketika dia mencintai
seseorang, maka dia akan sangat mencintainya, sebaliknya ketika dia membenci,
maka dia akan angat membencinya. Nah hal seperti ini di ingatkan oleh baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak melakukan seperti ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا
عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا
عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
Cintailah
orang yang kau cintai sekadarnya, bisa jadi suatu hari dia akan menjadi orang
yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya bis jadi suatu
hari dia menjadi orang yang kau sayangi. (HR. At-Tirmidzi, hadist no. 1997).
Cintailah pasanganmu
sewajarnya saja, karena ketika seseorang mencintai orang yang dia cintai
berlebihan maka akan menimbulkan dampak lain dalam dirinya. Seperti dia akan
terkena penyakit Al-Isyq.
Al-Isyq adalah sebuah
penyakit mabuk cinta, di mana dia sangat kagum kepada seseorang dan
mengakibatkan buta terhadap aib-aib seseorang yang dia cintai. Sifat kagumnya
dan rindunya membuat dia gelisah dan tidak bisa tidur, beraktifitas dan lain
sebagainya.
Masih ingat cerita Qois dan
Laila? Atau cerita yang lebih dikenal adalah Laila Majnun. Ketika Laila meninggal,
qois pun meraung-raung, menangis sejadi-jadinya karena kekasihnya pergi
meninggalkannya untuk selamanya. Qois akhirnya tidak makan, tidak minum, tidak
beraktifitas, tidak tidur, bahkan pada akhirnya qois menjadi gila disebabkan
kematian Laila. Dan suatu ketika seseorang pernah bertanya qois : “Mana yang
lebih kau cintai, dunia dan se isinya atau Laila?” Maka qois pun menjawab : “Debu
yang menempel di sendal Laila lebih ku cintai daripada dunia dan seisinya.”
Subhanallah, inilah dampak
seseorang yang mencintai berlebihan, maka akan menimbulkan penyakit Al-Isyq
dalam dirinya dan akan memudorotkan bagi dirinya sendiri.
Maka dari itu baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan agar tidak mencintai
berlebihan, karena akan memudorotkan kepada diri sendiri. Sebelum itu terjadi
haruslah dicegah dengan tidak mencintai berlebihan, namun mencintai sewajarnya
saja.
Sebuah qoidah fiqih
menyebutkan :
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
Menolak kemudorotan lebih
didahulukan daripada mengambil manfaat.
Begitu
pula membenci, maka bencilah sewajarnya saja, karena boleh jadi orang yang kau
benci berlebihan itu akan menjadi orang kau cintai suatu saat nanti.
Oleh
karnanya, yang lebih selamat itu ada pertengahan. Yaitu cinta sewajarnya dan
bencipun sewajarnya saja.
Ada sebuah ungkapan dari
para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خير الأمور أوسطها
Sebaik-baik
perkara itu adalah yang pertengahan. (Hadist Mauquf).
Yaitu jalurnya hanya sampai
kepada sahabat, tidak sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka dari itu, hindarilah
mencintai yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan penyakit Al-Isyq. Dan
hindari juga membenci yang berlebihan karena suatu saat bisa saja menjadi orang
yang kau cintai.
Ketahuilah bahwa sesuatu
yang berlebihan itu tidak akan baik dan akan malah menimbulkan mudorot bagi
dirinya sendiri.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi