2. Inilah akibat yang saya sebutkan di poin pertama tadi, bahwa berawal dari kagum, berubah menjadi suka dan setelah itu dia membanding-bandingkan pasangannya orang lain dengan. Dan orang seperti ini termasuk kufur nikmat. Dia tidak bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pasangan yang Allah titipkan kepadanya adalah berupa nikmat yang besar. Dan dulunya dia menikah dengan pasangannya atas dasar cinta dan sayang. Namun, setelah melihat kelebihan orang lain dia membanding-bandingkan dengan pasangannya.
Bukankah setiap manusia tidak luput dari kekurangan? Hanya saja, kekurangannya tidak kau ketahui, sedangkan kekurangan pasanganmu sudah diketahui, itulah kenapa membandingkan orang lain dengan pasanganmu. Dan boleh jadi, kekurangannya lebih banyak dibandingkan pasanganmu.
Yang perlu diketahui adalah bahwa Allah tidak menilai seorang muslim dari rupa dan hartanya, tapi Allah menilai seseorang dari hatinya.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى
صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat hati dan amal kalian. (HR. Muslim, hadist no. 2564).
Jika hanya gara-gara pasangannya ada kekurangan lantas dia membanding-bandingkan dengan orang lain, maka ini merupakan perbuatan tercela yang harus dijauhi seorang muslim.
Ingatlah! Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan. Dan ini pasti ada pada setiap manusia.
Oleh sebab itu sebuah ungkapan menyebutkan :
من طلب أخا بلا عيب بقي بلا أخ
Barangsiapa yang mencari teman tanpa cela, maka selamanya dia tanpa teman.
Artinya tiada manusia yang sempurna di dunia ini. Karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Adapun makhluknya penuh dengan kekurangan. Dan siapa saja yang mencari teman, suami atau istri tanpa cela, maka hal itu tidak akan pernah dia dapatkan, karena manusia penuh dengan kekurangan dan manusia tempatnya lupa, salah dan dosa.
Membandingkan suami atau istri dengan orang lain bisa menjadikan seseorang berdosa, karena dia telah menyakiti hati pasangannya. Dan seseorang bisa terjerumus ke dalam jurang api neraka jika dia menganggap bahwa dia menganggap ringan telah menyakiti pasangannya.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط
الله لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم
Dan sesungguhnya seorang
hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia
menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke
dalam api neraka. (HR. Bukhari, Ad-Dhiya-u Al-Laami’ Min Shahihil Kutubis
Sittah wa Shahihil Jaami’, jilid 1 halaman 472).
Ketahuilah, bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa, bukan orang yang ganteng, cantik dan sebagainya.
Allah berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat :
13).
Menikah itu menyempurnakan yang kurang dari suami istri, maka dari itu ada pernikahan, untuk melengkapi sesuatu yang kurang.